Kamis, 11 Februari 2010
Fauna Khas Indonesia
1. Gajah Sumatera
Gajah Sumatra adalah subspesies dari gajah Asia yang hanya berhabitat di pulau Sumatra. Gajah Sumatra berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah India. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. Sekitar 2000 – 2700 ekor gajah Sumatra yang tersisa di alam liar berdasarkan survei tahun 2000. Sebanyak 65% populasi gajah Sumatra lenyap akibat dibunuh manusia dan 30% kemungkinan diracuni manusia. Sekitar 83% habitat gajah Sumatra telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif untuk perkebunan.
2. Komodo
Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil.[4][5] Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.
3. Burung Cendrawasih
Burung-burung cendrawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung pada 430 gram.Burung cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar, Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise (‘burung surga’ oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda – yang berarti ‘tak berkaki’.Banyak jenis mempunyai ritual kawin yang rumit, dengan sistem kawin jenis-jenis Paradisaea adalah burung-burung jantan berkumpul untuk bersaing memperlihatkan keelokannya pada burung betina agar dapat kawin. Sementara jenis lain seperti jenis-jenis Cicinnurus dan Parotia memiliki tari perkawinan yang beraturan. Burung jantan pada jenis yang dimorfik seksual bersifat poligami. Banyak burung hibrida yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa spesies diragukan kevalidannya. Jumlah telurnya agak kurang pasti. Pada jenis besar, mungkin hampir selalu satu telur. Jenis kecil dapat menghasilkan sebanyak 2-3 telur(Mackay 1990).+
4. Harimau Bali
Harimau Bali (Panthera tigris balica) adalah subspesies harimau yang sudah punah yang dapat ditemui di pulau Bali, Indonesia. Harimau ini adalah salah satu dari tiga sub-spesies harimau di Indonesia bersama dengan harimau Jawa (juga telah punah) dan harimau Sumatera (spesies terancam)Harimau ini adalah harimau terkecil dari tiga sub-spesies; harimau terakhir ditembak pada tahun 1925, dan sub-species ini dinyatakan punah pada tanggal 27 September 1937. Karena besar pulau yang kecil, hutan yang terbatas, populasi yang tidak pernah lebih besar dan dianggap tidak ada yang selamat hari ini.Spesies ini punah karena kehilangan habitat dan diburu.
5. Badak Sumatera
Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) adalah satu-satunya badak bercula dua tinggal di Asia. Mereka saat ini terdaftar dalam golongan hampir punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan merupakan salah satu mamalia yang paling langka ditemukan di alam liar. Mereka telah diburu sampai mendekati kepunahan, terutama untuk tanduk yang diyakini memiliki sifat obat dan juga digunakan untuk diukir. Ada juga masalah dengan habitat alami mereka ditebang untuk membuat jalan bagi industri dan pertanian. Badak Sumatera ditemukan di hutan hujan tropis di daerah-daerah terisolir di Indonesia. Mereka paling aktif di malam hari, makan di pagi dan sore hari, dan menghabiskan sebagian besar hari dan beristirahat di kolam lumpur. Mereka telah tercatat bermigrasi, menghabiskan lebih sejuk bulan di lembah-lembah dataran rendah dan menghabiskan bagian panas tahun di daerah pegunungan. Setiap badak akan memiliki rumah daerah, sering tumpang tindih, yang berisi jilatan, yang tampaknya menjadi penting untuk kelangsungan hidup mereka. Mereka sangat teritorial, dan anggota dari kedua jenis kelamin mengikis tanah dan menggunakan air seni dan kotorannya untuk menandai wilayah mereka. Diperkirakan bahwa ada kurang dari 300 saat ini tinggal di alam bebas. Sayangnya, mereka adalah makhluk kebiasaan dan sering kembali ke tempat yang sama, dan para pemburu mudah mengambil keuntungan dari hal ini. Badak Sumatra adalah khas dalam bahwa mereka ditutupi rambut, tidak seperti anggota lain spesies. Rambut mereka panjang, berbulu, dan berwarna coklat kemerahan dengan bersembunyi di bawahnya menjadi kelabu seperti warna dan berlapis baja. Kedua jenis kelamin memiliki dua tanduk yang tumbuh keluar dari hidung mereka, dan tanduk depan terasa lebih besar daripada bagian belakang klakson. Jantan ‘tanduk agak lebih besar daripada betina’. Mereka dapat mencapai ketinggian orang dewasa penuh sekitar 8-10 kaki (2-3 meter) dengan tinggi bahu sekitar 4 kaki (135 cm). Mereka memiliki ekor relatif panjang, berukuran sekitar 20 inci (50 cm). Sangat kekar binatang, mereka dapat mencapai bobot dewasa sekitar 1000 kg (2200 pounds).
Kamis, 04 Februari 2010
hewan terbang
RAJAWALI
RAJAWALI adalah burung yang secara luas dianggap memiliki penglihatan yang sangat baik dibandingkan dengan manusia. Hal ini disebabkan oleh fotoreseptor di retina (lebih dari 1.000.000 per mm persegi untuk Buteo, sedangkan manusia hanya 200.000).
Ciri utama dari burung rajawali adalah tidak takut badai. Burung rajawali malah menantikan datangnya badai. Dia akan mengembangkan sayapnya, memperhatikan dengan pandangan visinya, kapan badai datang. Sebab dia akan menghadapinya dan menggunakan badai itu untuk melambung tinggi. Burung rajawali tidak mengepak-ngepakkan sayapnya, tetapi dia mengembangkan sayapnya.
Burung rajawali tidak seperti ayam atau anak ayam. Ayam atau anak ayam penciumannya tajam, mereka tahu saat akan datang badai. Mereka ribut berkotek-kotek, menciap-ciap, bingung lari kesana kemari, sambil mengepak-ngepakkan sayapnya mencari tempat persembunyian untuk berlindung terhadap badai. Apabila badai datang mereka bisa menjadi korban, sebab mereka lemah, tak berdaya, dia menjadi victim badai. Lain dengan burung rajawali, dia tidak menjadi victim, tetapi menjadi victor, pemenang, terbang mengatasi badai.
Selain itu ciri-ciri yang dimiliki burung rajawali adalah ia menyediakan waktu untuk memperbaharui diri. Saat sadar bahwa kekuatan sayapnya mulai berkurang, dia sabar. Dia berdiam diri; dia tidak terbang. Dia mencari tempat yang tinggi di atas bukit batu.
Seekor burung rajawali bisa mencapai umur hingga 70 tahun. Tapi untuk mencapai umur tersebut adalah sebuah pilihan bagi seekor rajawali, apakah dia ingin hidup sampai 70 tahun atau hanya sampai 40 tahun.
Ketika burung rajawali mencapai umur 40 tahun, maka untuk dapat hidup lebih panjang 30 tahun lagi, dia harus melewati transformasi tubuh yang sangat menyakitkan. Dan pada saat inilah seekor rajawali harus menentukan pilihan untuk melewati transformasi yang menyakitkan itu atau melewati sisa hidup yang tidak menyakitkan namun singkat menuju kematian.
Pada umur 40 tahun paruh rajawali sudah sangat bengkok dan panjang hingga mencapai lehernya sehingga ia akan kesulitan memakan. Dan cakar-cakarnya juga sudah tidak tajam. Selain itu bulu pada sayapnya sudah sangat tebal sehingga ia sulit untuk dapat terbang tinggi.
Bila seekor rajawali memutuskan untuk melewati transformasi tubuh yang menyakitkan tersebut, maka ia harus terbang mencari pegunungan yang tinggi kemudian membangun sarang di puncak gunung tersebut. Kemudian dia akan mematuk-matuk paruhnya pada bebatuan di gunung sehingga paruhnya lepas. Setelah beberapa lama paruh barunya akan muncul, dan dengan menggunakan paruhnya yang baru itu ia akan mencabut kukunya satu persatu-satu dan menunggu hingga tumbuh kuku baru yang lebih tajam. Dan ketika kuku-kuku itu telah tumbuh ia akan mencabut bulu sayapnya hingga rontok semua dan menunggu bulu-bulu baru tumbuh pada sayapnya. Dan ketika semua itu sudah dilewati rajawali itu dapat terbang kembali dan menjalani kehidupan normalnya. Begitulah transformasi menyakitkan yang harus dilewati oleh seekor rajawali selama kurang lebih setengah tahun.
Itulah sebabnya Rajawali digunakan oleh La Negsatu sebagai nama Regu Inti Penggalang Putra, yang diharapkan keunggulan dan kelebihan burung tersebut juga menjadi keunggulan dan kelebihan Regu. La Negsatu memberikan tambahan kata “Bagus” dibelakangnya, hal ini dimaksudkan agar setiap tindakan dari anggota regu mengutamakan akhlak yang baik dengan memegang teguh Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka.
Secara umum bentuk maupun ukuran bendera sesuai dengan peraturan yang berlaku di Gerakan Pramuka, untuk gambar burung rajawali sendiri berbentuk silhouette atau bayangan hitam dengan background warna silver yang menandakan bahwa regu ini lahir pada era millennium ke-3. Dengan menggunakan rumbai warna merah pada bendera regu dan garis tepi merah pada tanda regu yang melambangkan warna Golongan Penggalang di Gerakan Pramuka. Di kutip 0leh Moch.Aghisna